Secangkir Kopi Kawa Daun Meninggalkan Kisah
Secangkir Kopi Kawa Daun Meninggalkan Kisah
by Anita Fitriany

Pernahkah Anda mendengar sajian kopi, namun bukan berasal dari kopi? Ya, sekilas terdengar aneh, namun ini dirasakan oleh masyarakat Minangkabau. Kopi tersebut dikenal sebagai kopi daun atau kawa daun. Bagi mereka, kopi kawa daun bukanlah wedang biasa. Tak hanya biji kopi pada umumnya, kopi kawa daun ini juga memiliki cerita tersendiri. Masyarakat Minangkabau tidak sekadar menikmati kopi dalam tiap seruputannya, melainkan mengingat kilas balik cerita dari kopi kawa daun.

Cerita ini berkaitan erat dengan masa kolonial Belanda. Kala itu, Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah yang memiliki perkebunan kopi yang luas. Seluruh biji kopi yang ditanam oleh para petani lokal di tanah Sumatera kala itu dikirim ke Belanda.

Apakah para petani lokal mendapatkan bagian? Semua biji kopi hasil panen diserahkan ke Belanda. Mereka hanya melakukan sesuai yang diperintahkan kolonial Belanda yang mana pada waktu itu merupakan sistem tanam paksa, namun masyarakat kelas bawah tidak mendapat bagian kopi. Keinginan masyarakat Minangkabau saat itu untuk menikmati secangkir kopi harus dipendam. Namun, akhirnya mereka menemukan cara untuk menyiasatinya, penduduk meracik secangkir kopi dengan menggunakan daun kopi. Sehingga, dari kurun waktu ke waktu, minum kopi dari daun kopi adalah budaya yang kerap dijaga hingga saat ini. Dulu, hampir seluruh masyarakat di Minangkabau memiliki kebun kopi hingga 3 hektar per keluarga.

Untuk menikmati secangkir kopi kawa daun, petani kopi memilih daun kopi yang terbaik. Daun kopi kemudian diseduh dengan ditambahkan gula tebu. Dalam keadaan panas, kopi dituang ke dalam wadah yang dibuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua bagian, kemudian ditambahkan potongan bambu sebagai tatakan wadah. Ini menjadi salah satu cara menikmati kopi daun. Hal tersebut pun atas dasar filosofi kehidupan masyarakat Minangkabau saat itu yang kehidupannya serba susah, tidak ada gelas kaca, maupun gula pasir. Warung kopi kawa daun saat ini mudah ditemui di area Kota Padang, tepatnya di sepanjang perjalanan dari Batusangkar menuju Kota Bukittinggi.

Bagaimana Cara Meraciknya?

Tidak seperti kopi pada umumnya yang perlu dilakukan pengolahan pasca panen, kopi kawa daun ini memiliki cara pengolahan yang berbeda. Untuk menyeduh kopi tersebut, dibutuhkan daun kopi berwarna kekuning-kuningan (hampir gugur). Setelah melalui proses pemetikan daun, maka dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari sekitar 1 jam. Setelah itu, daun kopi yang sudah dikeringkan tersebut dapat dikeringkan di atas tungku perapian.

“Lho, kok dikeringkan lagi? Apakah tidak cukup sekali saja?”

Tidak, karena jika daun kopi tersebut langsung dikeringkan di atas perapian, maka cita rasa yang dihasilkan akan berbeda. Ketika daun kopi dikeringkan di atas tungku perapian, diharapkan tidak dilakukan begitu lama. Hal tersebut dilakukan agar daun kopi dapat disimpan untuk beberapa hari kedepan. Ketika ingin diseduh, daun kopi tersebut harus dalam keadaan kering seperti bubuk teh.

Cara penyajian kopi kawa daun ini juga terbilang unik. Kala itu penduduk lokal yang ingin menikmati kopi kawa daun layaknya menikmati secangkir soju Korea. Bagaimana tidak, kopi yang baru saja dituang ke dalam wadah batok harus habis dalam satu tegukan. Jika Anda kurang suka dengan rasa original, Anda dapat meminta tambahan susu kepada penjaja kopi kawa daun.


Sudut Pandang Lain

Perihal cerita sajian masyarakat Minangkabau tersebut ternyata menuai pandangan berbeda. Seperti yang dilansir dalam Kompas.com, menurut seorang pakar sejarah Prof. Gusti Asnan dari Universitas Andalas, Sumatera Barat mengatakan bahwa budaya minum kopi kawa daun sudah ada sebelum Belanda masuk. Biji kopi mulai dikenal ketika akhir abad ke-18, tepatnya sejak saudagar Amerika datang membeli biji kopi. Pada titik itulah masyarakat Minangkabau menyadari nilai biji kopi yang tinggi. Kemudian, Belanda masuk di abad ke-19 dan belum masuk ke Kawasan Minangkabau.

Melihat cerita tersebut, tanam paksa tidak dapat dijadikan sebagai alasan pertama kalinya budaya meminum kopi kawa daun terjadi. Dapat dikatakan bahwa sebelum belanda masuk ke Sumatera Barat, masyarakat Minangkabau sudah mengenal kebiasaan minum kopi kawa daun.

Bagi Anda yang sedang traveling ke Sumatera Barat, tidak ada salahnya untuk mampir sejenak ke warung kopi kawa daun di kawasan Kota Baru, Padang dan Bukittinggi untuk mencicipi kopi kawa daun dan eksplorasi rasa. Apakah lebih mirip rasa teh atau kopi? Penasaran bukan?


Leave a comment

Comments will be approved before showing up.


Also in Gordi Blog

Mengapa Ketinggian Menghasilkan Rasa Kopi Berbeda?
Mengapa Ketinggian Menghasilkan Rasa Kopi Berbeda?

Cita rasa kopi di setiap biji kopi yang dihasilkan dari tanaman kopi yang berbeda akan menghasilkan rasa yang berbeda. Misalnya, salah satu rasa kopi yang sering muncul adalah rasa berries. Tentunya dalam hal...
5 Kopi Daerah Yang Harus Anda Coba Ketika Traveling
5 Kopi Daerah Yang Harus Anda Coba Ketika Traveling

Menikmati sajian kopi tidak hanya bicara soal kopi spesialti saja. Sebagian masyarakat masih menikmati dan mempertahankan eksistensi dan cita rasa kopi olahan tradisional yang diracik menggunakan bahan tambahan lainnya. Uniknya, di setiap wilayah...
Cara Menikmati Kopi Saat Mudik
Cara Menikmati Kopi Saat Mudik

Saatnya mempersiapkan diri untuk mudik lebaran! Pakaian, transportasi, uang, dan kopi! Kopi adalah elemen yang tidak bisa dilewatkan oleh penikmat kopi di mana pun berada. Ada beberapa cara untuk menikmati secangkir kopi hitam saat...