Foto kredit: Colectivo Coffee and Root Capital
Dua puluh tahun silam, beliau adalah seorang pedagang kecil yang membeli kopi ceri dari petani-petani sekitar, lalu menjualnya kembali kepada pedagang besar. Sejak dua puluh tahun silam, melalui pekerjaannya, beliau seringkali mendengarkan keluh-kesah petani yang menginginkan satu hal: dibentuknya koperasi dan berjuang secara kolektif untuk mendapatkan penghasilan yang lebih layak.
Tahun 2009, perempuan yang hanya lulusan SMA ini, mengajak 37 coffee traders dan petani lokal untuk membentuk sebuah koperasi dengan nama Ketiara. Dibawah kepemimpinannya, Koperasi Ketiara kini telah memiliki hampir 2.000 anggota petani. Dalam kurun waktu kurang dari satu dekade, Koperasi Ketiara menjadi salah satu koperasi kopi yang paling sukses dan dihormati di industri kopi Indonesia.
Siapakah sosok perempuan tangguh ini?
Beliau adalah Ibu Rahmah, yang berasal dari Takengon, Aceh Tengah, yang kini menjadi pengusaha eksportir kopi Gayo ke seluruh penjuru dunia. Perempuan yang sejak 20 tahun silam, memulai jejak rekamnya di dunia kopi semata-mata untuk mendukung ekonomi dan menjaga tradisi keluarganya.
Ibu Rahmah bukan hanya memiliki ketajaman dalam mengelola koperasinya, namun beliau juga memiliki komitmen penuh terhadap keadilan sosial untuk para anggotanya. Salah satu usaha beliau adalah dengan mendapatkan sertifikasi Fair Trade, sehingga para petani dapat menerima harga premium untuk kopi yang mereka jual. Dibawah bimbingan Ibu Rahmah, para petani menginvestasikan kembali hasil penjualan mereka untuk bisa mendapatkan akses kesehatan, pendidikan, serta infrastruktur yang lebih baik agar mereka dapat mengembangkan potensi daerahnya secara berkelanjutan.
Kegigihan Ibu Rahmah dalam mendorong pertumbuhan koperasinya, membuat Root Capital, sebuah organisasi nirlaba dari Amerika Serikat, tertarik untuk memberikan dukungan dalam bentuk pendanaan. Sejak tahun 2014, dengan akses pendanaan dari Root Capital, Koperasi Ketiara berhasil menembus market dunia hingga sekarang.
Yang menarik dari sepak terjang Ibu Rahmah, adalah keberhasilannya mengangkat para petani perempuan. Masyarakat Gayo pada umumnya adalah masyarakat yang tradisional, konservatif, dan didominasi kaum lelaki. Sangat jarang ditemukan sosok perempuan yang menjalankan usaha/bisnis. Tekad beliau hanya satu: menunjukkan bahwa perempuan pun dapat berhasil.
Agar hal ini dapat berjalan secara berkesinambungan, Ibu Rahmah memastikan koperasinya tetap inklusif terhadap petani perempuan. Dari 1,900 petani yang menanam kopi untuk Ketiara, lebih dari 40% adalah perempuan. Selain itu, Ketiara juga mengembangkan bisnis lini baru untuk kopi yang hanya ditanam oleh wanita. Bisnis lini ini dikenal dengan nama Queen Ketiara, yang saat ini menjadi salah satu aset terbesar di koperasi Ketiara. Selama beberapa tahun terakhir, para petani perempuan di Koperasi Ketiara juga telah menyediakan kopi berkualitas tinggi untuk produk lini "Café la Dueña" milik Allegro Coffee, yang didistribusikan di toko-toko Whole Foods Market di seluruh Amerika Serikat.
Karena Ibu Rahmah, para petani (khususnya petani perempuan), kini mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Satu pesan yang tersirat dari semua sepak terjang beliau yang patut menjadi inspirasi dan motivasi seluruh perempuan lainnya di Indonesia: putting women in charge pays off.
Saduran dari artikel yang ditulis oleh Will McAneny dari Root Capital. Disclaimer: Kami telah mendapatkan izin langsung dari penulis untuk menyadur artikel ini.
2 comments
Shaby
@gedeleo Terima kasih, kami setuju dengan Anda. Semoga lebih banyak menginspirasi pelaku dunia kopi lainnya ya :)
gedeleo
artikel keren, sosok perempuan yg sangat menginspirasi.